Bekerja mencari nafkah merupkan ibadah yang sangat mulia. Islam menggolongkannya sebagai salah satu Jihad Fii Sabilillah. Dalam satu hadis disebutkan bahwa bekerja mencari rezeki yang halal adalah penggugur dosa. Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah SAW bersabda:
‘Sesungguhnya di antara dosa-dosa itu terdapat suatu dosa yang tidak dapat diampuni dengan salat, puasa, haji dan juga umrah.” Sahabat bertanya, “Apa yang bisa menghapuskannya wahai Rasulullah?”. Beliau menjawab, “Semangat dalam mencari rezeki”.
(HR at-Thabrani, dalam Al-Mu’jam Al-Ausath I/38)
Dari Ka’ab bin Umrah berkata,
- “Ada seseorang yang berjalan melalui tempat Rasulullah SAW Orang itu sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas.
- Para sahabat lalu berkata, ‘Ya Rasulullah, andaikata bekerja seperti dia dapat digolongkan Fii Sabilillah, alangkah baiknya.’
- Lalu Rasulullah bersabda, ‘Jika ia bekerja untuk mengidupi anak-anaknya yang masih kecil, itu adalah Fii Sabilillah; Jika ia bekerja untuk membela kedua orang tuanya yang sudah lanjut usia, itu adalah Fii Sabilillah; dan jika ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri agar tidak meminta-minta, maka itu adalah Fii Sabilillah…” (HR at-Thabrani)
Muslim yang bekerja dengan kesungguhan dan ikhlas karena Allah akan mendapat ganjaran sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah SAW. Untuk mewujudkan nilai-nilai ibadah dalam bekerja, setiap muslim wajib mengetahui adab dan etikanya. Berikut Adab dan Etika Bekerja dalam Islam:
Bekerja dengan Ikhlas kerana Allah
- Merupakan hal terpenting bagi seorang yang bekerja.
- Niat utamanya adalah karena Allah.
- Setiap muslim harus sadar bahwa bekerja adalah kewajiban dari Allah yang harus dilakukan setiap hamba.
- Ia harus sadar bahwa memberi nafkah kepada diri dan keluarga adalah kewajiban.
- Ia pun mengetahui, bahwa hanya dengan bekerjalah ia dapat menunaikan kewajiban-kewajiban Islam yang lainnya seperti zakat, infak dan sedekah.
- Dalam menjalani pekerjaannya dianjurkan untuk memulainya dengan dzikir kepada Allah.
Itqon, Tekun dan Sungguh-sungguh Dalam Bekerja
- Implementasi dari keikhlasan dalam bekerja adalah itqon (profesional) dalam pekerjaannya.
- Ia sadar bahwa kehadiran tepat pada waktunya
- Menyelesaikan kewajibannya secara tuntas
- Tidak menunda-nunda pekerjaan
- Tidak mengabaikan pekerjaan, adalah bagian yang tidak terpisahkan dari esensi bekerja itu sendiri.
- Dalam satu hadis riwayat Sayyidah Aisyah, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
“Sesungguhnya Allah mencintai seorang hamba yang apabila ia bekerja, dia itqan (menyempurnakan) pekerjaannya.” (HR at-Thabrani)
Jujur dan Amanah
- Adab yang tak kalah pentingnya ketika bekerja adalah jujur dan amanah.
- Pekerjaan yang dilakukannya merupakan amanah, baik secara duniawi dari atasannya atau pemilik usaha, maupun secara duniawi dari Allah akan dimintai pertanggung jawaban atas pekerjaannya.
- Implementasi jujur dan amanah dalam bekerja di antaranya tidak mengambil sesuatu yang bukan haknya, tidak pecah amanah,objektif dalam menilai.
Rasulullah SAW memberikan janji bagi orang yang jujur dan amanah akan masuk ke dalam surga bersama para shiddiqin dan syuhada’. Dalam hadits riwayat Imam Turmudzi, dari Abu Said Al-Khudri, beliau berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Penjual yang jujur lagi dipercaya (anamah) akan bersama para Nabi, shiddiqin dan syuhada.”
Menjaga Etika Sebagai Seorang Muslim
Bekerja juga harus memperhatikan adab dan etika sebagai seorang muslim,
- Seperti etika berbicara, menegur,
- Cara berpakaian
- Cara bergaul,
- Cara makan & minum berhadapan dengan customer, rapat, dan sebagainya. Bahkan akhlak atau etika ini merupakan ciri kesempurnaan iman seorang mukmin.
Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah mereka yang paling baik akhlaknya.” (HR at-Turmudzi)
- Dalam bekerja, seorang mukmin dituntut untuk bertutur kata yang sopan, bersikap yang bijak, makan dan minum sesuai dengan tuntunan Islam.
- Berhadapan dengan kustomer dengan baik, rapat juga dengan sikap yang terpuji dan sebagainya.
- Bahkan dalam hadis lain, Nabi menggambarkan bahwa terdapat dua sifat yang tidak mungkin terkumpul dalam diri seorang mu’min, yaitu bakhil dan akhlak yang buruk. (HR at-Turmudzi)
Tidak Melanggar Prinsip-prinsip Syariah
Aspek lain dalam etika bekerja adalah tidak melanggar prinsip-prinsip syariah dalam pekerjaannya. Dari substansi dari pekerjaannya,
- Seperti memproduksi barang yang haram
- Menyebarluaskan kefasadan (seperti pornografi dan permusuhan), riba, risywah.
- Dari sisi penunjang yang tidak terkait langsung dengan pekerjaan, seperti tidak menutup aurat, ikhtilat antara laki-laki dengan perempuan, membuat fitnah dalam persaingan dan sebagainya.
- Pelanggaran-pelanggaran terhadap prinsip syariah, selain mengakibatkan dosa dan menjadi tidak berkahnya harta, juga dapat menghilangkan pahala amal saleh kita dalam bekerja.
Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan taat kepada Rasul-Nya dan janganlah kalian membatalkan amal perbuatan/pekerjaan kalian..” (QS Muhammad: 33)
Menjaga Ukhuwah Islamiyah
- Jangan sampai dalam bekerja atau berusaha melahirkan perpecahan di tengah-tengah kaum muslimin.
Rasulullah SAW sendiri mengemukakan tentang hal yang bersifat prefentif agar tidak merusak ukhuwah Islamiyah di kalangan kaum muslimin. Beliau mengemukakan, “Dan janganlah kalian menjual barang yang sudah dijual kepada saudara kalian.” (HR. Muslim)
- Karena jika terjadi kontradiktif dari hadits di atas, tentu akan merenggangkan juga ukhuwah Islamiyah diantara mereka; saling curiga, su’uzhon.
- Karena masalah pekerjaan atau yang menghasilkan uang, akan sangat sensitif bagi palakunya.
- Kaum Anshar dan Muhajirin yang secara sifat, karakter, background dan pola pandangnya sangat berbeda telah memberikan contoh sangat positif bagi kita; yaitu ukhuwah islamiyah.
Wallahu A’lam